Pages

Kamis, 19 April 2012

Penerapan Motivasi di Perpustakaan


Penerapan Motivasi di Perpustakaan

Dengan terbukannya kran arus Globalisasi telah membuat segala sesuatu serba kompetitif, sehingga mau tidak mau membuat perusahaan maupun instansi yang menjual barang dan jasa berlomba-lomba menyajikan produck yang terbaik guna menyaring pelanggan yang sebanyak mungkin. Inovasi seakan menjadi kata kunci dalam memenangkan persaingan, sehingga pada akhirnya SDM yang berkualitaslah yang akan menjadi penentu.
Berkaca dari hal tersebut seperti semakin jelas bahwa beban yang dipikul pegawai semakin besar, sehingga tidak heran dizaman sekarang ini perusahaan sampai beroperasi 24 jam non stop bahkan terkadang dihari libur pun tetap beroperasi. Keadaan yang demikian terkadang membuat pekerja menjadi jenuh/bosan bahkan yang lebih parah bisa menyebabkan frustasi. 

Keadaan tersebut juga terjadi diperpustakaan. Jam operasional dan jenis pekerjaan yang monoton diperpustakaan terkadang membuat pustakawan menjadi jenuh. Bayangkan saja dari matahari terbit sampai tengelam lagi yang dihadapi hanya buku dan buku. Maka tidak berlebian sekiranya bila Perpustakaan perlu melakukan terobosan baru guna menanggulani hal tersebut. Salah satu hal yang bisa dilakukan perpustakaan untuk meningkatkan kinerja stafnya adalah menanamkan Motivasi diperpustakaan.

    A.    Penerapan Motivasi di Perpustakaan
Motivasi merupakan faktor utama yang mendorong tumbuhnya etos kerja. Etos kerja sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang mendasari seseorang untuk bertingkah-laku dalam bekerja. Etos kerja bisa positif ataupun negatif. Etos kerja positif antara lain : menghargai kejujuran, tepat waktu, disiplin, adil, tidak berprasangka, serta mempunyai integritas tinggi, berdedikasi. Dalam rangka menciptakan etos kerja positif tersebut, Perpustakaan dapat melakukan hal-hal berikut ini antara lain :
1.     Memberi Gaji yang Memadai
      Tidak dipungkiri lagi, tujuan utama orang bekerja bagi kebanyakan orang adalah mencari rezeki. Adapun tolak ukurnya adalah Uang/Gaji, semakin banyak gaji yang diperoleh maka secara social orang tersebut dapat dikatakan “Mampu”.  Teori tersebut tidak terkecuali juga berlaku diperpustakaan, yang notabennya adalah lumbung rezeki bagi pustakawan. Para pustakawan bekerja Jam 08.00 – 16.00. bahkan terkadang sampai lembur itu dilakukan semata-mata untuk mengais rezeki guna menghidupi keluarganya.
      Rutinitas yang demikian ditambah beban pekerjaan yang terkadang dibatasi oleh waktu. Tidak jarang membuat para pustakawan frustasi, alhasil etos kerjanya pun menjadi turun, seperti kurang disiplin, malas dsb. Untuk mensiasati hal tersebut, sebaiknya perpustakaan lebih peka salah satunya adalah  soal pemberian Gaji, bila kita melihat dilapangan saat ini Gaji seorang pustakawan honorer hanya sebesar ± Rp 300.000,00. Itu masih dirasa sangat minim, maka dari itu sekirannya Perpustakaan perlu meninjau ulang masalah pemberian gaji, setidak-tidaknya gaji tersebut sebanding dengan pekerjaan yang diemban Pustakawan.
2.     Membangun kondisi yang kondusif
     Pada hakekatnya manusia diciptakan dengan sifat social, yaitu berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula dilingkungan Perpustakaan, terlebih Perpustakaan adalah salah satu pelayanan public, sehingga baik dan tidaknya pelayanan bisa menentukan citra perpustakaan di mata masyarakat. dalam rangka pencitraan tersebut tidak dipungkiri lingkungan yang kondusif dilingkungan kerja bisa manjadi salah satu solusi jitu.
     Salah satu langkah yang bisa dilakukan perpustakaan dalam membangun kondisi yang kondusif  yaitu dengan mengadakan makrab yang bisa diadakan setahun sekali, dengan kegiatan tersebut diharapkan semakin tercipta rasa kekeluargaan antar pustakawan. Sehingga pada akhirnya koordinasi team semakin solid, dan pelayanan yang diberikanpun semakin berkualitas dan inovatif.
3.     Memberikan penghargaan
     Pada setiap diri manusia , pada dasarnya memiliki rasa ingin di hargai. Dihargai disini bukan hanya berarti diberi hadiah ataupun uang, tetapi bisa saja cukup dengan simpati dari orang lain, dengan pemberian penghargaan akan menghasilkan rasa percaya diri pada tiap individu. Sifat tersebut tidak terkecuali juga dimiliki oleh pustakawan, misalnya saja dalam hal pekerjaan. Seorang pustakawan yang memiliki etos kerja tinggi, ia selalu menyelesaikan tugas tepat waktu dan hasilnyapun diatas rata-rata tetapi dari pihak perpustakaan tidak pernah memberi penghargaan bahkan sekedar simpatipun tidak pernah ia dapatkan. Maka ada kemungkinan pustakawan tersebut akan memiliki anggapan “ saya percuma kerja keras, toh pada akhirnya saya tidak mendapat apa-apa” yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya Etos kerja.
     Untuk menghindari hal tersebut perpustakaan perlu melakukan usaha pencegahan , misalnya saja dengan mengadakan perlombaan “pustakawan teladan” yang dipilih satu tahun sekali dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun dan akan mendapatkan penghargaan/hadiah tertentu. Dengan upaya ini sekiranya mampu membangkitkan jiwa kompetitif antar pustakawan, secara tidak langsung juga pustakawan akan terdorong melakukan pembenahan etos kerja, dengan harapan mampu mendapatkan title “pustakawan teladan”. Bila etos kerja semakin tinggi maka dapat dipastikan kualitas pelayananpun akan meningkat menjadi lebih baik.
4.     Memberi kesempatan untuk mengembangkan potensi diri/profesi
     Manusia adalah makluh Tuhan yang paling sempurna, karena pada setiap manusia terdapat potensi yang luar biasa. Masalahnya sekarang adalah apakah potensi tersebut dimanfaatkan atau tidak. sebagai renungan saja, siapa yang  menyangka Seorang Einstein kecil kelak besarnya akan menjadi ilmuan besar ( tidak ada yang menyangka mungkin ). Seorang Einstein mampu menjadi Ilmuan besar karena ia memiliki kesempatan mengembangkan potensi yang ia miliki.
     Sekarang bagaimana dengan  pustakawan ? pada dasarnya setiap pustakawan juga memiliki potensi sendiri –sendiri, ada yang dalam bidang TI, Pelayanan, Pengolahan dsb. Sebaiknya Perpustakaan memberi ruang kepada para pustakawan agar bisa mengembangkan potensi yang dimilkinya. Misalnya saja dengan mengikutkan Pustakawan tersebut ke Diklat-diklat maupun hanya sekedar memberi fasilitas bagi pustakawan  dalam mengembangkan potensi.

    B.     Manfaat Motivasi
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari motivasi, sehingga tidak salah jika seorang kepala perpustakan mencanangkan penerapan Motivasi di Perpustakaan, adapun manfaat yang bisa diperoleh adalah sebagai berikut :
1.     Menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
2.     Membuat staff menjadi tekun dan semangat dalam bekerja
3.     Para staff Perpustakaan menjadin Optimis terhadap masa depan
4.     Setiap staff perpustakaan dapat menikmati hidup dan pekerjaan, ketika seseorang sudah bisa enjoy terhadap pekerjaanya maka dapat dipastikan orang tersebut akan mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan instansi tempat dia bekerja.
5.     Menghasilkan kinerja yang produktif, kreatif, dan komitmen terhadap Perpustakaan
6.     Membangkitkan Rasa memiliki terhadap Perpustakaan, sehingga akan meningkatkan pelayanan perpustakaan kepada pengguna perpustakaan

    C.     Hambatan- Hambatan Motivasi
Motivasi adalah energi saat bekerja, energi saat berbuat kebaikan. Tanpa motivasi, pekerjaan dan kebaikan terasa hamba, seperti berinfaq tanpa rasa ikhlas. tanpa motivasi seolah senyum yang diberkan seseorang dipaksakan, padahal hatinya sedang risau dan tak senang. Apa sulit motivasi itu dimiliki? Satria Hadi Lubis menjelaskan beberapa hambatan motivasi dalam bukunya, Total Motivasi sebagai berikut :
1)     Kurangnya percaya diri
Kurangnya percaya diri menyebabkan ide-ide besar menjadi tumpul, sebagai contoh : seorang pustakawan yang mempunyai gagasan tentang “Green Library”, Tetapi pustakawan tersebut tidak berani mengungkapkannya kepada Pimpinannya, maka dapat dipastikan idenya tersebut tidak dapat terealisasikan. Karena pada dasarnya Motivasi membutuhkan “lahan” yanmg tepat untuk tumbuh. Lahan itu adalah “kepercayaan diri”.
2)     Cemas 
Bagi sebagian orang, kata “cemas” seperti mencekik dan membuat gelisah.. begitulah diperpustakaan, seorang pustakawan yang selalu dihantui dengan kecemasan akan membuat kinerjanya menjadi menurun. Kecemasan disini bisa karena berbagai faktor, misalnya saja tekanan pimpinan, minimnya kesejahteraan dsb.
3)     Opini negative
Opini negatif adalah salah satu hal yang menjadi hambatan manusia di dunia ini ketika hendak berlaku maju. Misalnya anggapan Penerapan TI diperpustakaan yang akan membuat lahan kerja pustakawan akan tergeser oleh tenaga-tenaga TI. Hal tersebut akan menyebabkan terhambatnya Motivasi untuk tumbuh, seharusnya sebagai pustakawan yang cerdas keadaan tersebut bukan dijadikan ancaman tetapi malah akan dijadikan tantangan untuk terus maju.
4)     Perasaan tak ada masa depan
Jika seseorang sudah beranggapan masa depanya suram, berarti ia telah kehilangan daya juangnya. Seperti anggapan sebagian pustakawan tentang citra pustakawan yang konon hanya “tenaga buangan” dan “masa depannya suram” seharusnya harus ditepiskan. Karena secara tidak langsung citra tersebut akan terus menghantui para pustakawan untuk maju dan berkembang.
5)     Merasa Diri Tidak Penting
     Perasaan tidak penting membuat manusia tak memiliki cita-cita besar. perasaan tersebut bisa muncul dari berbagai sebab, salah satunya mutasi pekerjaan. Sebagai contoh, Pada zaman dahulu biasanya orang yang bekerja di Perpustakaan adalah orang sisa “ kurang kompeten” yang berasal dari bagian administrasi. Keadaan tersebut biasannya membuat orang yang bekerja di Perpustakaan beranggapan bahwa ia adalah “tenaga buangan” yang tidk lagi penting. Sehingga biasanya membuat mereka tidak memiliki tantangan dan gairah hidup, hal ini tentu akan menghambat tumbuhnya motivasi.
6)     Tidak tahu apa yang terjadi
     Tak tahu apa yang terjadi, bingung ketika orang lain berdiskusi, tak tahu arah pembicaraan kala pembahasan ide-ide besar. Ilmu tak memadai, kurang informasi, tak mengasai teknologi, kehilangan berita-berita terkini. Para ,Pustakawan,bukan saatnya lagi malas menuntun ilmu. Bagaimana motivasi dapat tumbuh jika para pustakawan tidak tahu apa yang harus diperbuat ?
7)     Pengakuan semu
     Motivasi membutuhkan pengakuan ( penghargaan ) yang tulus, ketika pengakuan diberikan secara semu, mungkin perasaan tidak enak, nepotisme, dan ketakutan. Maka pengakuan tersebut tidak akan menumbuhkanmotivasi yang kuat bagi pelakunya.

     D. Daftar Pustaka
  1. Lubis, Satria hadi. 2008. Total Motivation. Yogyakarta : PRO-YOU.
  2. Straub, Joseph. 2006. Memotivasi Karyawan. Yogyakarta : TUGU. 
  3. Sukirno. 2012. Handouts Motivasi (ppt) Mata Kuliah Psikologi Pemakai UIN SUKA.
  4. Gambar diambil dari blog.cmaresources.org

0 komentar:

Posting Komentar