Penerapan
Motivasi di Perpustakaan
Dengan terbukannya kran arus Globalisasi telah membuat segala
sesuatu serba kompetitif, sehingga mau tidak mau membuat perusahaan maupun
instansi yang menjual barang dan jasa berlomba-lomba menyajikan produck yang
terbaik guna menyaring pelanggan yang sebanyak mungkin. Inovasi seakan menjadi
kata kunci dalam memenangkan persaingan, sehingga pada akhirnya SDM yang
berkualitaslah yang akan menjadi penentu.
Berkaca dari hal tersebut seperti semakin jelas bahwa beban yang
dipikul pegawai semakin besar, sehingga tidak heran dizaman sekarang ini
perusahaan sampai beroperasi 24 jam non stop bahkan terkadang dihari libur pun
tetap beroperasi. Keadaan yang demikian terkadang membuat pekerja menjadi
jenuh/bosan bahkan yang lebih parah bisa menyebabkan frustasi.
Keadaan tersebut juga terjadi
diperpustakaan. Jam operasional dan jenis pekerjaan yang monoton diperpustakaan
terkadang membuat pustakawan menjadi jenuh. Bayangkan saja dari matahari terbit
sampai tengelam lagi yang dihadapi hanya buku dan buku. Maka tidak berlebian
sekiranya bila Perpustakaan perlu melakukan terobosan baru guna menanggulani
hal tersebut. Salah satu hal yang bisa dilakukan perpustakaan untuk
meningkatkan kinerja stafnya adalah menanamkan Motivasi diperpustakaan.
A. Penerapan Motivasi di Perpustakaan
Motivasi merupakan faktor utama yang mendorong tumbuhnya etos
kerja. Etos kerja sesungguhnya merupakan nilai-nilai yang mendasari seseorang
untuk bertingkah-laku dalam bekerja. Etos kerja bisa positif ataupun negatif.
Etos kerja positif antara lain : menghargai kejujuran, tepat waktu, disiplin,
adil, tidak berprasangka, serta mempunyai integritas tinggi, berdedikasi. Dalam
rangka menciptakan etos kerja positif tersebut, Perpustakaan dapat melakukan
hal-hal berikut ini antara lain :
1. Memberi Gaji yang
Memadai
Tidak dipungkiri
lagi, tujuan utama orang bekerja bagi kebanyakan orang adalah mencari rezeki.
Adapun tolak ukurnya adalah Uang/Gaji, semakin banyak gaji yang diperoleh maka
secara social orang tersebut dapat dikatakan “Mampu”. Teori tersebut
tidak terkecuali juga berlaku diperpustakaan, yang notabennya adalah lumbung
rezeki bagi pustakawan. Para pustakawan bekerja Jam 08.00 – 16.00. bahkan
terkadang sampai lembur itu dilakukan semata-mata untuk mengais rezeki guna
menghidupi keluarganya.
Rutinitas yang
demikian ditambah beban pekerjaan yang terkadang dibatasi oleh waktu. Tidak
jarang membuat para pustakawan frustasi, alhasil etos kerjanya pun menjadi
turun, seperti kurang disiplin, malas dsb. Untuk mensiasati hal tersebut,
sebaiknya perpustakaan lebih peka salah satunya adalah soal pemberian
Gaji, bila kita melihat dilapangan saat ini Gaji seorang pustakawan honorer
hanya sebesar ± Rp 300.000,00. Itu masih dirasa sangat minim, maka dari itu
sekirannya Perpustakaan perlu meninjau ulang masalah pemberian gaji,
setidak-tidaknya gaji tersebut sebanding dengan pekerjaan yang diemban
Pustakawan.
2. Membangun kondisi
yang kondusif
Pada hakekatnya
manusia diciptakan dengan sifat social, yaitu berinteraksi dengan orang lain.
Begitu pula dilingkungan Perpustakaan, terlebih Perpustakaan adalah salah satu
pelayanan public, sehingga baik dan tidaknya pelayanan bisa menentukan citra
perpustakaan di mata masyarakat. dalam rangka pencitraan tersebut tidak
dipungkiri lingkungan yang kondusif dilingkungan kerja bisa manjadi salah satu
solusi jitu.
Salah satu langkah
yang bisa dilakukan perpustakaan dalam membangun kondisi yang kondusif
yaitu dengan mengadakan makrab yang bisa diadakan setahun sekali, dengan
kegiatan tersebut diharapkan semakin tercipta rasa kekeluargaan antar
pustakawan. Sehingga pada akhirnya koordinasi team semakin solid, dan pelayanan
yang diberikanpun semakin berkualitas dan inovatif.
3. Memberikan
penghargaan
Pada setiap diri
manusia , pada dasarnya memiliki rasa ingin di hargai. Dihargai disini bukan
hanya berarti diberi hadiah ataupun uang, tetapi bisa saja cukup dengan simpati
dari orang lain, dengan pemberian penghargaan akan menghasilkan rasa percaya diri pada tiap individu. Sifat tersebut
tidak terkecuali juga dimiliki oleh pustakawan, misalnya saja dalam hal
pekerjaan. Seorang pustakawan yang memiliki etos kerja tinggi, ia selalu
menyelesaikan tugas tepat waktu dan hasilnyapun diatas rata-rata tetapi dari
pihak perpustakaan tidak pernah memberi penghargaan bahkan sekedar simpatipun
tidak pernah ia dapatkan. Maka ada kemungkinan pustakawan tersebut akan
memiliki anggapan “ saya percuma kerja keras, toh pada akhirnya saya tidak
mendapat apa-apa” yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya Etos kerja.
Untuk menghindari
hal tersebut perpustakaan perlu melakukan usaha pencegahan , misalnya saja
dengan mengadakan perlombaan “pustakawan teladan” yang dipilih satu tahun
sekali dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun dan akan mendapatkan
penghargaan/hadiah tertentu. Dengan upaya ini sekiranya mampu membangkitkan
jiwa kompetitif antar pustakawan, secara tidak langsung juga pustakawan akan
terdorong melakukan pembenahan etos kerja, dengan harapan mampu mendapatkan
title “pustakawan teladan”. Bila etos kerja semakin tinggi maka dapat
dipastikan kualitas pelayananpun akan meningkat menjadi lebih baik.
4. Memberi kesempatan
untuk mengembangkan potensi diri/profesi
Manusia adalah
makluh Tuhan yang paling sempurna, karena pada setiap manusia terdapat potensi
yang luar biasa. Masalahnya sekarang adalah apakah potensi tersebut
dimanfaatkan atau tidak. sebagai renungan saja, siapa yang menyangka
Seorang Einstein kecil kelak besarnya akan menjadi ilmuan besar ( tidak ada
yang menyangka mungkin ). Seorang Einstein mampu menjadi Ilmuan besar karena ia
memiliki kesempatan mengembangkan potensi yang ia miliki.
Sekarang bagaimana
dengan pustakawan ? pada dasarnya setiap pustakawan juga memiliki potensi
sendiri –sendiri, ada yang dalam bidang TI, Pelayanan, Pengolahan dsb.
Sebaiknya Perpustakaan memberi ruang kepada para pustakawan agar bisa
mengembangkan potensi yang dimilkinya. Misalnya saja dengan mengikutkan
Pustakawan tersebut ke Diklat-diklat maupun hanya sekedar memberi fasilitas
bagi pustakawan dalam mengembangkan potensi.
B. Manfaat Motivasi
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari motivasi, sehingga tidak
salah jika seorang kepala perpustakan mencanangkan penerapan Motivasi di
Perpustakaan, adapun manfaat yang bisa diperoleh adalah sebagai berikut :
1.
Menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
mencapai tujuan tertentu.
2.
Membuat staff menjadi tekun dan semangat dalam bekerja
3.
Para staff Perpustakaan menjadin Optimis terhadap masa depan
4.
Setiap staff perpustakaan dapat menikmati hidup dan pekerjaan,
ketika seseorang sudah bisa enjoy terhadap pekerjaanya maka dapat dipastikan
orang tersebut akan mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan
instansi tempat dia bekerja.
5.
Menghasilkan kinerja yang produktif, kreatif,
dan komitmen terhadap Perpustakaan
6.
Membangkitkan Rasa memiliki terhadap Perpustakaan,
sehingga akan meningkatkan pelayanan perpustakaan kepada pengguna perpustakaan
C. Hambatan- Hambatan
Motivasi
Motivasi adalah energi saat bekerja, energi
saat berbuat kebaikan. Tanpa motivasi, pekerjaan dan kebaikan terasa hamba,
seperti berinfaq tanpa rasa ikhlas. tanpa motivasi seolah senyum yang diberkan
seseorang dipaksakan, padahal hatinya sedang risau dan tak senang. Apa sulit
motivasi itu dimiliki? Satria Hadi Lubis menjelaskan beberapa hambatan motivasi
dalam bukunya, Total
Motivasi sebagai berikut :
1)
Kurangnya percaya diri
Kurangnya percaya
diri menyebabkan ide-ide besar menjadi tumpul, sebagai contoh : seorang
pustakawan yang mempunyai gagasan tentang “Green Library”, Tetapi pustakawan
tersebut tidak berani mengungkapkannya kepada Pimpinannya, maka dapat
dipastikan idenya tersebut tidak dapat terealisasikan. Karena pada dasarnya
Motivasi membutuhkan “lahan” yanmg tepat untuk tumbuh. Lahan itu adalah
“kepercayaan diri”.
2)
Cemas
Bagi sebagian orang, kata “cemas” seperti mencekik dan membuat gelisah.. begitulah
diperpustakaan, seorang pustakawan yang selalu dihantui dengan kecemasan akan
membuat kinerjanya menjadi menurun. Kecemasan disini bisa karena berbagai
faktor, misalnya saja tekanan pimpinan, minimnya kesejahteraan dsb.
3)
Opini negative
Opini negatif adalah salah satu hal yang menjadi hambatan manusia di dunia
ini ketika hendak berlaku maju. Misalnya anggapan
Penerapan TI diperpustakaan yang akan membuat lahan kerja pustakawan akan
tergeser oleh tenaga-tenaga TI. Hal tersebut akan menyebabkan terhambatnya
Motivasi untuk tumbuh, seharusnya sebagai pustakawan yang cerdas keadaan
tersebut bukan dijadikan ancaman tetapi malah akan dijadikan tantangan untuk
terus maju.
4)
Perasaan tak ada masa depan
Jika seseorang sudah beranggapan masa depanya suram, berarti ia telah
kehilangan daya juangnya. Seperti anggapan sebagian
pustakawan tentang citra pustakawan yang konon hanya “tenaga buangan” dan “masa
depannya suram” seharusnya harus ditepiskan. Karena secara tidak langsung citra
tersebut akan terus menghantui para pustakawan untuk maju dan berkembang.
5) Merasa
Diri Tidak Penting
Perasaan tidak penting membuat manusia tak memiliki cita-cita besar. perasaan tersebut bisa muncul dari berbagai sebab, salah satunya
mutasi pekerjaan. Sebagai contoh, Pada zaman dahulu biasanya orang yang bekerja
di Perpustakaan adalah orang sisa “ kurang kompeten” yang berasal dari bagian
administrasi. Keadaan tersebut biasannya membuat orang yang bekerja di
Perpustakaan beranggapan bahwa ia adalah “tenaga buangan” yang tidk lagi
penting. Sehingga biasanya membuat mereka tidak memiliki tantangan dan gairah
hidup, hal ini tentu akan menghambat tumbuhnya motivasi.
6) Tidak
tahu apa yang terjadi
Tak tahu apa yang terjadi, bingung ketika orang lain berdiskusi, tak tahu
arah pembicaraan kala pembahasan ide-ide besar. Ilmu tak memadai, kurang
informasi, tak mengasai teknologi, kehilangan berita-berita terkini. Para ,Pustakawan,bukan saatnya lagi malas menuntun ilmu. Bagaimana motivasi dapat tumbuh jika para pustakawan tidak tahu
apa yang harus diperbuat ?
7) Pengakuan
semu
Motivasi
membutuhkan pengakuan ( penghargaan ) yang tulus, ketika pengakuan diberikan
secara semu, mungkin perasaan tidak enak, nepotisme, dan ketakutan. Maka
pengakuan tersebut tidak akan menumbuhkanmotivasi yang kuat bagi pelakunya.
D.
Daftar
Pustaka
1. Lubis, Satria hadi. 2008. Total Motivation. Yogyakarta : PRO-YOU.
2. Straub, Joseph. 2006. Memotivasi Karyawan. Yogyakarta :
TUGU.
3. Sukirno. 2012. Handouts Motivasi (ppt) Mata Kuliah Psikologi
Pemakai UIN SUKA.
4. Gambar diambil dari blog.cmaresources.org
0 komentar:
Posting Komentar